Oleh:
Mochamad Efendi
Takbir,
tahlil dan tahmid dikumandangkan tanda waktu masuk idzul adha. Teringat kisah
nabi Ibrahim dan Ismail yang layak dijadikan contoh. Sungguh, ketaatan mereka pada
perintah Allah patut diteladani. Nabi Ibrahim rela mengorbankan anak
laki-lakinya, nabi Ismail yang sangat dicintainya dan yang sudah lama ditunggu
kedatangannya. Tanpa ragu, dia memenuhi perintahNya. Begitu juga nabi Ismail,
dia rela disembelih hanya semata karena memenuhi perintah Allah. Ketaatan
mereka berdua sungguh tidak diragukan lagi meskipun perintah itu bertentangan
dengan keinginan hatinya.
Kisah
nabi Ibrahim dan Ismail perlu diteladani umat saat ini yang sering mempertentangkan
perintah Allah dengan kepentingannya dan dengan sesuatu yang lain yang berasal
dari pemikiran manusia yang lemah. Alasanpun dicari-cari hanya untuk menolak
perintahNya. Sumber hukum yang berasal dari Allah ditinggalkan dan diganti
dengan aturan buatan manusia. Mereka lebih memilih aturan buatan manusia
meskipun itu bertentangan dengan syariatNya.
Banyak
pemikiran yang salah tertanam dalam pemahaman kita. Doktrin yang sengaja
ditanamkan sejak dini seolah menjadi kebenaran yang dipegang teguh meskipun itu
salah. Bahkan saat pemahaman itu bertentangan dengan ajaran Islam sulit untuk
meninggalkan pemahaman batil yang tertanam sejak usia dini. Inilah bukti
ketaatan kita pada perintah Allah diuji saat kita menyadari bahwa yang kita
anggap benar adalah salah dalam pandangan Islam. Orang yang taat pada perintah
Allah tentu akan segera meninggalkan dan mencampakkan sesuatu yang batil dalam
pandangan Islam meskipun selama ini kita menganggapnya benar. Menjadikan
pemahaman yang salah harga mati yang tidak bisa dirubah meskipun sudah
mengetahui kebenarannya adalah bentuk ketidak taatan pada perintah Allah dan
kebodohan manusia. Harga mati akan menutup pintu hidayah karena tidak mau
membuka hati dan berdiskusi untuk mencari kebenaran.
Sebagai
contoh adalah demokrasi ajaran yang bukan dari Islam bahkan batil menurut Islam.
Namun masih banyak saudara kita enggan meninggalkan demokrasi dengan berbagai
alasan yang tidak syar'i. Bahkan, meskipun ditunjukkan fakta bahwa demokrasi
tidak akan mengantarkan pada diterapkan syariat Islam secara kaffah, mereka
masih menganggap sebagai uslub yang harus ditempuh. Harusnya kita jadikan Rasulullah
sebagai contoh dalam menegakkan syariat Allah bukan demokrasi.
Bukti
nyata adalah Mursi yang menang tanpa kecurangan tapi dianulir oleh militer. Demokrasi
bukan cara yang benar untuk menegakkan syariat Islam. Walaupun demokrasi memberi
kebebasan pada semua paham bahkan ajaran yang menyimpang, namun demokrasi tidak
memberi kesempatan untuk ajaran Islam diterapkan secara kaffah. Padahal dalam
Islam kita tidak boleh mengambil sebagian ajaran tapi harus masuk Islam secara
kaffah. Jika kita taat pada perintah Allah, demokrasi tidak akan diambil dan hanya
cara yang dicontohkan Rasulullah saja yang diambil sebagai bukti ketaatan kita
pada Allah yang telah mengutus nabi Muhammad S.A.W. dengan petunjuk dan agama
Islam yang benar dan lurus.
Walaupun
aturan buatan manusia tidak menenuhi unsur keadilan masih terus dibela lebih
dari pada perintah Allah. Dalam demokrasi keadilan hanya milik segelitir orang
yang punya kuasa. Penguasa tidak tersentuh hukum. Meskipun salah tetap
dimenangkan. Sementara yang bersebrangan dengan penguasa dikalahkan meskipun
benar. Itulah keadilan dalam sistem demokrasi. Rakyat hanya dijadikan simbol untuk
melegitimasi kekuasaan yang pada hakekatnya milik segelintir orang.
Dalam
demokrasi, simbol pemersatu umat dinistakan dan dikriminalkan. Sementara LGBT
dibiarkan liar tanpa aturan. Sex bebas dibiarkan sebagai bentuk kebebasan berdemokrasi.
Demokrasi membiarkan ajaran sesat tumbuh subur sebagai bentuk kebebasan, tapi ajaran
Islam dikriminalkan. Ajaran yang berasal dari Allah yang menciptakan manusia dan
alam semesta harusnya ditaati tanpa harus menpertanyakan lagi atau mempertentangkan
dengan ajaran yang berasal dari konsensus buatan manusia. Sungguh, kita harus
belajar dari ketaatan nabi Ibrahim dan Ismail dalam memenuhi perintah Allah.
Demokrasi
yang jelas batil harus dicampakkan sementara khilafah yang berasal dari Allah
dan pasti akan menjamin tegaknya syariat Allah harus diperjuangkan. Itu adalah
bentuk ketaatan kita pada perintah Allah.
No comments:
Post a Comment