Oleh: Febry Suprapto
(Instruktur Nasional MediaGuru
Indonesia)
Suaranya indah, lembut, dan
menyentuh. Ya, sangat menyentuh. Bahkan sejak dia membaca fatihatul kitab. Jiwa
saya menyerah dengan untaian-untaian ayat yang dibaca selanjutnya. Profil
'Ibadurrahman dalam surat Al Furqon yang dia baca, menggetarkan batin saya.
Subuh itu, saya sholat dengan air mata yang terus mengalir. Nikmatnya tak
terungkap dengan kata-kata.
Selesai sholat, berdzikir, dan
berdoa, Imam Masjid Agung Kabupaten Rohul Riau itu langsung meninggalkan
mihrab. Keinginan menjumpainya menjadi tertunda.
Ketika waktu maghrib tiba, asap
semakin pekat. Saya mengurungkan diri menuju masjid. Jika memaksakan diri, saya
kuatir penyakit asma saya akan kambuh. Saya hanya bisa berdoa, semoga akan
berjumpa dengannya di waktu subuh berikutnya.
Alhamdulillah, dia kembali
menjadi imam di subuh kedua saya di masjid itu. Keinginan berjumpa dengannya
semakin menggebu. "Ya, Allah pertemukanlah saya dengannya," saya
bergumam dalam hati.
Allah mengabulkan doa saya.
Dengan bantuan salah seorang takmir, Haji Parlaungan namanya, saya dapat bersua
dengan sang imam. Dengan ramah, Imam yang pernah menjadi juara lomba tilawah Al
Quran tingkat internasional itu menyambut kehadiran saya. Kami duduk di ruang
selatan mihrab. Kami berbincang santai tetapi sarat makna. Banyak ilmu dan
hikmah yang saya peroleh dari obrolan bakda subuh tersebut.
Sebelum pamit, saya meminta doa
darinya. Saya teringat pesan Nabi yang mengajarkan agar kita meminta doa kepada
orang Sholih apabila berjumpa.
"Apa hajat mas Febry?"
Katanya.
Saya terdiam. Pertanyaan itu
membuat dada saya bergemuruh menahan jatuhnya air mata. Susana menjadi hening.
Dengan terbata-bata saya menjawab, "pertama, saya ingin lebih dekat dengan
Allah dan istikamah dalam beribadah."
"Saya juga ingin anak-anak
saya menjadi hafidz dan hafidzah," lanjut saya sambil terisak.
Ada beberapa hajat lain yang saya
sampaikan selain dua hal itu. Kemudian, setelah mendengar semua hajat saya,
sang imam mengangkat kedua tangannya. Dia mulai berdoa dengan khusyuk. Di
antara arti doa yang dia lantunkan,
"Ya Allah, berilah kami
rezeki manisnya iman."
"Jadikan kami dan anak-anak
kami sebagai ahlul (keluarga) Al Qur'an."
"Amin Ya Allah. Amin Ya
Allah," ucap saya sambil berurai air mata.
Selesai berdoa, saya memeluknya
dengan erat. "Terima kasih, ustadz. Terima kasih," kata saya.
Pagi itu saya kembali ke hotel
dengan semangat baru. Hati menjadi lebih damai dan tenteram. Saya sangat
bersyukur ditakdirkan bertemu sang imam: Ustadz Azhar Darma bin Al Junaidi.
Semoga Allah selalu menjaga dan melindunginya. Amin Ya Robbal 'Alamin.
Bondowoso, 23/9/2019
No comments:
Post a Comment