Oleh : Johandi Arisca
Teman-teman sudah tahu belum
tentang pernyataan salah satu oknum aparat yang berusaha melarang umat Islam
untuk mendakwahkan panji Rasulullah di sebuah acara peringatan bulan Muharram
atau lebih dikenal sebagai tahun baru Islam itu. Kalau belum tahu coba deh cari
youtube, facebook, twitter atau sosial media yang lain tentang arogansi salah
satu oknum aparat yang berusaha mengahalang-halangi dakwah panji Rasulullah di
salah satu kota.
Pertama kali lihat video itu, aku
langsung ingat sesuatu ketika oknum aparat tersebut berargumen tentang riya'
pada diri seorang muslim yang tengah mendakwahkan panji Rasulullah tersebut. Jadi
ceritanya begini, ketika aku melihat video itu aku langsung ingat tentang
polemik yang sering muncul dalam sebuah pertandingan sepakbola terutama sekitar
tujuh tahun yang lalu ke belakang. Polemiknya muncul karena terbatasnya
kemampuan seorang manusia, misalnya saja polemik tentang luputnya pelanggaran,
offside, atau bahkan gol yang tak disahkan karena kejadiannya begitu cepat dan
hal itu luput dari pengawasan tim wasit di lapangan.
Tentu saja polemik ini menjadi
kontroversi dan sumber masalah karena salah satu tim merasa dirugikan dan
mereka merasa tidak terima dengan hasil pertandingan tersebut. Kita tentu masih
ingat tentang polemik yang muncul ketika tendangan geledek Frank Lampard yang
sudah melewati garis namun memantul kembali keluar sehingga gol tersebut tidak
disahkan oleh wasit pada perempat final piala dunia 2010. Atau banyaknya
handball dikotak penalti pemain Barcelona yang luput dan tak dianggap oleh
wasit ketika semifinal liga Champions tahun 2009 menghadapi Chelsea (kalau gak
salah ya).
Menyikapi hal itu FIFA sebagai
lemabaga yang menaungi seluruh elemen yang terlibat dalam sepakbola membuat
berbagai macam trobosan, dan yang terbaru adalah digunakannya VAR (Video
Assistant Referee) untuk membantu wasit dalam mengambil keputusan. Terlepas
dari pro kontra penggunaan teknologi ini, secara fakta penggunaan VAR ini mampu
membantu wasit menyelesaikan polemik-polemik diatas, mulai dari gol tidaknya,
offside, bahkan pelanggaran yang luput dari penglihatan wasit dan asistennya.
Ketika menyaksikan video adu
argumen antara oknum aparat dengan salah seorang aktifis Islam itu saya
membayangkan kalau si oknum aparat tadi seolah punya teknologi yang lebih
canggih dari Teknologi VAR. Jika VAR
hanya mampu menampilkan rekaman dari kejadian-kejadian yang luput dari
pengawasan wasit, maka teknologi sang aparat jauh lebih canggih lagi karena
mampu melihat isi hati orang lain.
Bayangkan sang aparat mampu
menilai bahwa perbuatan umat Islam yang mendakwahkan panji Rasulullah tersebut
tergolong perbuatan riya', bukankah hal tersebut sangat keren hehehe. Kalau
kita meneliti dengan baik peristiwa tersebut, nampaknya sang oknum aparat juga
tahu beberapa hal tentang kaidah amal dalam Islam, buktinya ia mampu berargumen
seperti itu. “Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali.
Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka
menyembunyikan itu lebih baik bagimu” (QS. Al Baqarah: 271).
Mungkin ayat ini yang dijadikan
pijakan oleh sang oknum aparat, tetapi ketika kita membahas tentang dakwah maka
kita memerlukan dalil yang lain apalagi yang didakwahkan adalah sesuatu yang
jarang diketahui oleh umat. Bahkan ada upaya sistematis masif dan terstruktur
untuk membelokkan salah satu ajaran Islam yang dicontohkan oleh Nabi tersebut,
sehingga menunjukkan kebenaran dari ajaran Islam tersebut menjadi sebuah
kewajiban. Dan bahkan hal tersebut menjadi ladang amal bagi siapa saja yang
mendakwahkanya sebagaimana sabda Rasulullah:
“Barangsiapa memulai
suatu sunnah yang baik dalam Islam, maka ia mendapatkan pahalanya dan pahala
orang-orang yang mengikutinya” (HR. Muslim no. 1017).
No comments:
Post a Comment