Aminudin
Syuhadak (Direktur LANSKAP)
Kapitalisme adalah sistem yang muncul hasil dari
pemisahan gereja dan negara di Eropa dan kemudian di Amerika Serikat. Sistem
ini mengakui kebebasan absolut manusia untuk memiliki dan menjual aset apapun
dan untuk membuat undang-undang dan hukum yang antara lain mengatur kepemilikan
itu. Kapitalisme seperti ini muncul sebagai sistem yang berporos pada
kepemilikan pribadi; individu boleh memiliki jenis atau kekayaan apapun dan
untuk meningkatkan kekayaan mereka dengan segala cara atau bentuk yang
tersedia. Pembatasan apapun bagi kepemilikan atau pengembangan lebih jauh atas
kekayaan/kesejahteraan itu adalah penyimpangan dari aturan itu. Dalam jangka
waktu lama, Kapitalisme berhasil membuat dua bentuk ekonomi: ekonomi riil dan
ekonomi non-riil. Ekonomi non-riil memungkinkan kekayaan uang untuk tumbuh
secara bebas dari pertumbuhan ekonomi riil di lapangan.
Kapitalisme sangat bergantung pada prinsip “kelangkaan
relatif” yang menunjukkan bahwa sumber daya yang tersedia di pasar tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan semua orang yang menginginkan sumberdaya tersebut.
Namun kenyataannya, dunia memiliki sumberdaya yang jauh lebih banyak daripada
yang dapat dikonsumsi orang pada waktu tertentu. Hal ini jelas terlihat pada
angka yang menunjukkan peningkatan berkelanjutan atas kekayaan negara-negara,
sementara kemiskinan juga terus meningkat. Dengan kata lain, rusaknya
distribusi sumberdayalah yang menyebabkan kemiskinan, dan bukan kelangkaan
sumberdaya itu sendiri yang jadi penyebabnya.
Prinsip lain yang juga telah rusak adalah prinsip
kepemilikan pribadi. Di seluruh dunia, di Amerika maupun di Eropa, pemerintah
negara-negara itu bergegas untuk menasionalisasi dan mengubah
perusahaan-perusahaan milik swasta menjadi milik pemerintah dan milik publik.
Bank-bank, perusahaan-perusahaan raksasa asuransi, industri-industri otomotif
dan lembaga-lembaga keuangan lainnya dialihkan menjadi milik pemerintah dalam
konteks “terlalu besar untuk gagal”. Itu artinya bahwa kepemilikan swasta saja
tidak dapat mempertahankan ekonomi, terutama ketika ukuran ekonomi tumbuh
besar.
Satu bab pada buku itu mencurahkan perhatian mengenai
papan skor kinerja Kapitalisme. Papan skor itu menunjukkan betapa buruknya
kinerja Kapitalisme dalam beberapa dekade terakhir meskipun terjadi peningkatan
luar biasa dalam hal kekayaan dan produksi. Papan skor itu menjadi bukti atas
kenaikan angka kemiskinan, tak terjaminnya kesehatan dan menyebarnya
penyakit-penyakit menular, perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, dan
pembusukan infrastruktur pendidikan.
Sebagian elit politisi masih percaya dan berharap akan
sistem ini. Maka kami ingatkan, moral dalam Kapitalisme hanyalah ilusi. Kenyataannya,
selama kita masih hidup dalam pelukan sistem Kapitalisme yang menaungi seluruh
aspek kehidupan, telah terjadi kehilangan kesadaran secara kolektif akibat
distorsi kesadaran individu untuk memahami kenyataan. Distorsi kesadaran
masyarakat muncul pada individu-individu secara kolektif dalam masyarakat yang
tidak mampu menemukan jawaban dan celah untuk memahami kenyataan yang
sesungguhnya. Telah terjadi perampasan hak secara massif sejak berlakunya
sistem Kapitalisme sekular. Proses penghilangan kesadaran ini melibatkan
hegemoni kekuasaan kelas yang kuat. Kesenjangan sosial direproduksi untuk
mempertahankan kenyataan hilangnya kesadaran individu-masyarakat. Perampasan
terjadi secara legitimated berpijak di atas logika-moral pasar
yang selama ini telah menjadi kesadaran kolektif masyarakat untuk memahamai
tentang nilai.
Masyarakat telah dibutakan oleh kesadaran moral yang
telah diciptakan oleh kekuatan pasar yang melibatkan kekuasaan politik,
ekonomi, sosial dan budaya. Dalam sistem Kapitalisme, kita tidak akan menemukan
arti dari altruisme dalam pasar. Yang ada hanyalah kepentingan yang
terlembagakan.
Inilah realitas pasar yang kita hadapi. Menciptakan
kasadaran-kesadaran ilutif. Menjauhkan manusia dari kenyataan sejati. Ada
realitas pengkondisian sistemik dan sistematik yang terjadi dalam masyarakat
yang melibatkan semua perangkat struktural kekuasaan baik politik, ekonomi,
sosial maupun budaya. Dalam artian, persoalan ketidakadilan yang terjadi adalah
ketidakadilan struktural yang massif. Lalu kita ‘dipaksa’ untuk saling merampas
satu sama lain. Inilah Kapitalisme yang hadir. Tidak hanya menghisap hak
komunal kita, tetapi juga menghisap kesadaran kita secara kolektif dan massif.
No comments:
Post a Comment