Oleh : Achmad
Fathoni
(Direktur el-Harokah Research Center)
Sebagaimana diberitakan pada laman www.kumparan.com pada 3 Januari 2020
bahwa Meko Polhukam Mahfud MD menegaskan bahwa tak akan ada lagi bentuk ajaran
khilafah yang terus didengungkan oleh sejumlah ormas agama. Selain berseberangan
dengan dasar negara, ajaran khilafah tersebut bersifat merusak tatanan
bernegara yang telah lama digunakan di Indonesia. Hal tersebut disampaiakan
Mahfud usai menerima kunjungan perwakilan Lembaga Persahabatan Ormas Islam
(LPOI). “Sistem khilafah yang sekarang yang ditawarkan yang sebenarnya itu agendanya
merusak,” ujar Mahfud di kantornya, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat,
Jum’at (3/1).
Tentu saja pernyataan ngawur tersebut
patut dikecam dan ditolak dengan keras oleh publik, terutama umat Islam. Karena
jelas pernyataan tersebut sangat tendensius, ahistoris, dan merupakan fitnah
keji terhadap khilafah, yang merupakan salah satu bagian ajaran Islam yang
sangat penting. Pernyataan membabi-buta tersebut, sejatinya tidak layak keluar
dari lisan pejabat publik yang masih mengaku dirinya seorang Muslim. Jelas, dia
menunjukkan sikap yang tidak adil dan tidak fair, dan ditengarai sedang
mengidap penyakit simdrom Khilafah phobia (ketakutan yang berlebihan) terhadap
sistem Khilafah. Dia hanya bersikap garang terhadap khilafah Islam, namun hanya
bersikap diam terhadap kejahatan sistem kapitalisme-demokrasi yang dipraktikkan
negara-negara Barat beserta penguasa komprador di seluruh belahan dunia. Semisal,
kekejaman negara Israel terhadap kaum Muslimin di Palestina, kekejian negara AS
terhadap warga negara Irak, pembersihan etnis Muslim Rohingnya di Myanmar, di
Uighur (Cina), di Kashmir (India), dan tentu masih banyak lagi
kekejian-kekejian yang lain. Dengan kejadian tragedi kemanusiaan yang nyata di
depan mata itu, Mahfud MD nyaris tak terdengar suaranya.
Sebaliknya, justru Khilafah Islam dalam
sejarahnya telah menebarkan kebaikan bagi umat manusia di berbagai belahan
dunia, termasuk di Nusantara, dia tentang habis-habisan, bahkan dia tuduh
sebagai sistem yang merusak. Ini tentu sangat ironis. Untuk itu, berikut
penulis uraikan beberapa fakta kemuliaan khilafah yang patut menjadi perhatian
semua pihak, agar bisa menilai pernyataan tak bermutu Mahfud MD tersebut,
antara lain sebagai berikut.
Pertama, dalam sejarah khilafah
sangat berjasa bagi negeri ini. Di era yang lalu, pada masa pemerintahan
Khilafah Utsmaniyah pernah berjasa dalam membantu rakyat Nusantara saat terjadi
bencana banjir di Batavia, ketika masa penjajahan Belanda. Tepatnya pada tahun
1916. Sultan Mehmed V mengirim bantuan 25.000 Kurush koin emas, yang senilai
dengan 91.500 US dollar atau sekitar 1,2 milyar. Tentu saja pemberian bantuan
itu didorong oleh semangat membantu meringankan saudara sesama Muslim yang
mengalami musibah. Arsip pengiriman bantuan milik Khilafah Utsmaniyah ini masih
tersimpan rapi sampai sekarang di Turki. Inilah bukti bahwa rakyat Nusantara
atau Indonesia sangat berhutang jasa dan kebaikan kepada Khilafah Islamiyah
yang waktu itu direpresentasikan oleh Khilafah Utsmaniyah yang berpusat di
Istambul Turki.
Fakta sejarah yang lain yaitu ditemukannya
sebuah arsip Khilafah Utsmani yang berisi sebuah petisi dari Sultan Alaudin
Riayat Syah kepada Sultan Sulaiman al-Qanuni yang dibawa oleh Husein Effendi.
Dalam surat ini, Aceh mengakui penguasa Utsmani sebagai Khalifah Islam. Selain
itu, surat ini juga berisi laporan tentang aktivitasa militer Portugis yang
menimbulkan masalah besar terhadap para pedagang Muslim dan jamaah haji dalam
perjalanan ke Mekkah. Karena itu, bantuan Khilafah Utsmani sangat mendesak
untuk menyelamatkan kaum Muslim yang terus dibantai Farangi (Portugis) (Sumber: Farooqi, “Protecting the Routhers to
Mecca”, hal. 215). Dan tentunya masih banyak fakta sejarah yang lain, yang
menunjukkan jasa Khilafah Islam di masa lalu terhadap negeri ini.
Kedua, khilafah telah memberikan kontribusi
yang sangat besar bagi kemajuan dan kesejahteraan dunia. Pernyataan yang
menyatakan bahwa khilafah itu bersifat merusak merupakan pernyataan yang
ahistoris dan merupakan fitnah yang jahat. Mereka sengaja menutupi kontribusi Khilafah
yang sangat besar terhadap Barat dan Timur. Misalnya: (1) di Barat, Khilafah
pernah membebaskan daerah-daerah jajahan Romawi. Atas permintaan rakyat yang
daerahnya akan ditaklukkan Romawi, mereka lebih senang menjadi bagian Khilafah
Islam daripada dikuasai Romawi, yang menerapkan pajak dan upeti yang mencekik
rakyat yang dijajah. Sebaliknya negeri-negeri yang dibebaskan khilafah Islam diperlakukan
adil bahkan diberikan kesejahteraan, kemajuan, dan kedamaian yang tiada tara,
(2) Khilafah juga pernah membebaskan rakyat Eropa dari bencana kelaparan besar
(The Great Famine). Juga bencana kelaparan di Amerika selama masa perang
AS-Inggris demi merebut kemerdekaan AS dari penjajah Inggris. Juta-an orang
akan mati, jika bantuan bahan makanan dari Khilafah tidak segera disalurkan.
Bahkan perjanjian yang diberikan ditandatangani dalam sebuah surat dengan
menggunakan Bahasa Arab, (3) di Timur, atas permintaan para Sultan di Sumatera,
Khilafah Utsmaniyah mengirim kapal induk militernya untuk mengusir penjajah
Portugis dari Malaka. Kisah heroic yang menggelora tersebut masih tersimpan
dalam sejarah rakyat Indonesia
Demikian juga ada bukti yang lain, (4) Benua
Afrika pernah menjadi benua “emas” pada masa Khalifah Umar bib Abdul Aziz,
rakyat di sana mengalami kesejahteraan yang sangat tinggi, dengan ditandai
tidak ditemukannya orang miskin di sana, bahkan rakyat tidak ada yang bersedia
menerima zakat, karena mereka telah kaya, (5) jasa khilafah juga banyak dalam
kemajuan ilmu pengetahuan modern. Banyak ilmuan Muslim yang menjadi Bapak Ilmu
Pengetahuan, miasalnya: Ibn Khaldun (bapak Ilmu Pemerintahan), Al-Khawarizmi
(Bapak Ilmu Matematika, Penemu angka nol), Ibn Sina (Bapak Kedokteran Dunia),
(6) dalam bidang pendidikan, Universitas Al Azhar di Kairo adalah universitas
pertama di dunia yang ada Mesir. Al-Azhar adalah cikal bakal sistem universitas
di dunia. Karena kemajuan Khilafah, banyak sarjana Barat yang kuliah di
kota-kota Khilafah Islam ketika itu, (7) dalam bidang sanitasi dan peradaban,
Khilafah Islamiyah saat itu menjadi rujukan sanitasi kota di dunia. Banyak
kalangan penduduk Eropa yang mengikuti gaya hidup Islam (Islamic Life Style).
Misalnya, berpakaian panjang ala gamis di kalangan para raja, bangsawan, dan
rakyat biasa. Hingga tahum 1900-an para pekerja di Eropa masih menggunakan “khimar”
atau penutup kepala lengkap. Bahkan Raja Roger II dari Sisilia memesan globe
pertama di dunia dalam bentuk emas lengkap dengan peta negara-negara dari
seorang ilmuwan Muslim yang bernama Al-Idrisi, saat itu belum ditemukan
teknologi pemotretan luar angkasa.
Ketiga, khilafah merupakan keniscayaan di era
modern saat ini. Saat ini, sistem kapitalisme dan Sosialisme telah gagal dalam
menyejahterakan dunia, maka sistem Khilafah-lah yang menjadi solusi tuntasnya.
Karena hanya khilafah satu-satunya sistem yang secara konseptual dan empiris terbukti dalam sejarah telah mampu menyejahterakan
umat manusia di berbagai belahan dunia. Bahkan kembalinya sistem Khilafah yang
kedua telah diprediksi para pemikir Barat. The
National Intelligence Council (NIC) CIA pada Desember 2004 memprediksi bahwa
tahun 2020-an akan muncul ‘A New Chaliphate’ (Khilafah Baru) di pentas
dunia. Laporan itu dipublikasikan setebal 123 halaman dengan judul “Mapping
The Global Future”. Di dalam laporan tersebut dijelaskan tentang kebangkitan kembali Khilafah
Islam, yakni Pemerintahan Global Islam yang akan mampu melawan dan menjadi
tantangan nilai-nilai Barat. Untuk itu, semua pihak yang mau
berpikir jernih, objektif, dan visioner tentu harus menyiapkan diri menyongsong
kembalinya sistem khilafah yang akan memimpin dunia di masa mendatang dan yang
akan menghentikan hegemoni Barat terhadap negeri-negeri Muslim dan
negara-negara dunia ketiga. Dan sebaliknya Khilafah akan menghantarkan
kemajuan, kedamaian, dan keadilan di permukaan bumi ini sebagaimana telah
diwujudkan Khilafah di masa lalu.
Dengan demikian, pernyataan Mahfud MD yang
menuduh sistem khilafah itu adalah sistem yang merusak dan membahayakan negeri
ini, tertolak secara diametral baik secara konseptual maupun empiris serta
historis. Maka publik harus tegas menolak dan membuang jauh-jauh pernyataan
tersebut. Karena pernyataan tersebut hanyalah ilusi dan pembohongan terhadap
publik tentang kemuliaan dan kebaikan Khilafah. Wallahu a’lam.
No comments:
Post a Comment