Muhammad Ismail (eLSAD)
Wajah
negeri jamrut katulistiwa tampak ruwet dan dirundung banyak masalah. Sang ayah
terlibat asmara segitiga antara AS dan China, kondisi ekonomi keluarga sedang lesu, pada kwartal II yang lalu
terjadi kontraksi ekonomi sedalam minus 5,32% sementara pada Kwartal III
pertumbuhan ekonominya diprediksi kembali minus hingga 2,9%. Resesi Ekonomi di
depan mata. Disisi yang lain anak-anaknya juga sedang kecewa berat dengan
keputusan orang tuanya yang mengesahkan UU Omnibus Law, pada ngambek dan unjuk
rasa diberbagai daerah. Bahkan beberapa anaknya di wilayah timur sana (Papua
dan Maluku Selatan) kabarnya mau kabur dari rumah, setelah beberapa tahun yang
lalu anak bungsunya Timor Timur sudah kabur duluan. Prahara cinta segitiga sang
ayah dengan AS dan China juga sedang memanas di laut China Selatan. Ruwet ruwet
ruwet.
Kekacauan
rumah tangga negeri Jamrut Katulistiwan ini terjadi, sebagai dampak dari sistem
Demokrasi di bidang politik dan Kapitalisme di sector ekonomi. Sistem politik Demokrasi yang dikenal dengan
Politik berbiaya tinggi, telah melahirkan sistem pemerintahan Oligarki, dan
menempatkan Pemilik Modal Besar pada posisi memiliki daya tawar yang tinggi,
sehingga banyak kebijakan ditengarahi sangat kental dengan kepentingan
Kapitalis. Polemik UU Omnibus Law bisa menjadi salah satu contoh, bagaimana
mungkin DPR mengesahkan UU untuk rakyat, tapi ditentang oleh rakyat?, lebih dari
itu, Trias politika yang ditujukan agar kekuasaan tidak ditangan satu pihak,
namun realitanya Demokrasi melahirkan kekuasaan Oligarki yang menempatkan
Penguasa Ekskutif, Legislatif, dan Yudikatif pada satu kendali. Inilah anomali Demokrasi.
Di
bidang Ekonomi, Kapitalisme Liberal yang mengeliminir peran Negara untuk ikut
campur dalam pengelolaan Ekonomi, telah mengakibatkan pengelolaan berbagai
Sumber Daya yang dimiliki Negeri Jamrut Katulistiwa ini dikuasai oleh Swasta,
baik Asing, Aseng, dan Asong. Inilah jawab dari pertanyaan, Mengapa Negara yang
sangat Kaya dengan Sumber Daya Alam, tetapi Pendapatan Utama APBN nya berasal
dari Pajak? Dampak ikutannya adalah kedaulatan Negeri Jamrut Katulistiwa bisa
tergadaikan atas nama investasi. Akibatnya, penghasilan yang semestinya bisa
digunakan untuk menafkahi 260an juta anak-anaknya dari pengelolan Sumber Daya
Alam, Pengelolaan Faktor Produksi yang menguasai Hajat Hidup Orang banyak,
justeru diambil alih oleh para investor. Inilah yang menurunkan wibawah sang ayah
di hadapan anak-anaknya. Jika hal ini diteruskan, anak-anak bisa kabur dari
rumah, dan bukan tidak mungkin Negeri Jamrut Katulistiwa ini ambruk bersama
Kapitalisme Global yang kini sudah sempoyongan mendekati ajalnya.
Dalam
sistem Islam, rakyat di negeri Khilafah memiliki wakil rakyat yang duduk di Majelisul
Ummah, termasuk rakyat non muslim ada wakil yang membawa aspirasi mereka
tentang pelayanan Khilafah di daerah mereka. Para wakil rakyat yang duduk di Majelisul
Ummah, memikul tugas utama membawa aspirasi rakyat dan mengoreksi Pemerintah
menjalankan Hukum-hukum Allah SWT dalam melayani rakyatnya. Jadi undang-undang
Negara bersumber dari Wahyu Ilahi, yang mengeliminir kepentingan pemilik modal
dan oligarki. Inilah garansi sistem Islam dalam menjaga marwah dan Kedaulatan
Negara, wibawa Pemerintah, baik dihadapan rakyatnya sendiri maupun dalam
percaturan politik Internasional.
Disisi
Ekonomi, pengelolaan Ekonomi Negara tegak diatas 3 Pilar, Al Milkiyah (Kepemilikan), Tashorruf
al Milkiyah (Pengelolaan Kepemilikan), dan Tauzi' al-Tsarwah baina
al-Nas (Distribusi
Pendapatan di tengah masyarakat). Individu leluasa memiliki kekayaan sejauh
kekayaan ini memang domain milik individu, sedangkan Bumi, Air, dan sekala apa
yang terkandung didalamnya, serta factor produksi yang menguasai Hajat Hidup orang banyak, menjadi public property
(kepemilikan umum/Al Milkiyatul Ammah) wajib dikelola oleh Negara untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat, sedang Individu (swasta, baik asing aseng
maupun asong) haram memilikinya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW.
|
Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara
yaitu padang rumput, air dan api (HR Abu Dawud dan Ahmad).[1]
Sehingga
Sumber mata air, laut, hutan, minyak, gas, listrik, batubara, berbagai tambang
mineral dan factor-faktor produksi yang menguasai hajai Hidup Orang banyak
harus dikelola dan dilindungi oleh Negara. Dengan demikian, misal Freeport yang memproduksi 6.065 ton konsentrat per hari. Konsentrat ini adalah pasir
olahan dari batuan tambang (ore), dimana pada setiap ton konsentrat mengandung
26,5% tembaga, 39,34 gram emas, dan 70,37 gram perak[2].
Dan berbagai perusahaan tambang Minyak, Gas, Batu Bara, dan berbagai mineral
yang lain, jika ini semua dikelola Negara, maka pengelolaan layanan kesehatan,
pendidikan, dan kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan dapat diberikan
Negara kepada setiap rakyatnya dengan baik dan adil.
Inilah,
yang menjadi garansi keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat. Ini pula yang
bisa menjadikan anak-anak bangsa betah di rumah, dan bukan tidak mungkin si
anak bungsu Timor Timur pulang ke rumah, bahkan tetangga kita seperti Malaysia,
Brunai, Philipina, dan negeri-negeri Muslim yang lain bisa berhimpun menjadi
pasar tunggal, dengan standar moneter yang sangat stabil (Dinar Dirham).
Diskursus tentang sistem Khilafah menjadi urgen bagi seluruh stake holder yang
menginginkan Negeri Jamrut Katulistiwa bangkit menjadi Negara Adidaya Baru,
sebagai mana misi mulia diutusnya Rasulullah SAW kedunia:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan tidaklah Kami (Allah) mengutus kamu (wahai
Muhammad) kecuali sebagai rahmat untuk semesta alam.” [ QS. Al-Anbiya’ : 107 ]
Peringatan
Maulid Nabi Muhammad SAW 1442 H ini, adalah momentum menyusuri Jejak Langkah
Nabi dalam mendakwahkan Islam, membebaskan manusia dari menghamba kepada
manusia, kepada menghamba kepada Allah SWT. Semoga kita semua layak disebut
sebagai ummat Rasulullah SAW. Aamiin. [ ]
No comments:
Post a Comment